Mungkin ini sudah jadi suratan nasib Gareth Bale, seorang pemain bintang yang ditransfer dari Tottenham Hotspur dengan harga tertinggi dalam sejarah.
Di Spurs ia jadi bintang utama. Selalu pilihan pertama dalam tim. Di madrid, tidak lagi.
Lihat saja final champion beberapa hari lalu. Bale adalah pencetak gol menit 110 yang membuat Madrid unggul 2-1 di babak perpanjangan waktu, sesuatu yang tidak bisa disamai lagi pemain Atletico. Seharusnya Bale menjadi pahlawan tim.
Tapi lihat apa yang terjadi. Cristiano Ronaldo muncul menjadi pelaku eksekusi penalti di menit-menit akhir perpanjangan waktu, menjadikan skor 4-1. Ronaldo, Lisbon, Portugal. Apalagi? Itulah yang ditunggu fans Portugal! Seluruh stadion tenggelam dalam sorak-sorai yang mengelu-elukan Ronaldo sebagai pahlawan kemenangan Madrid.
Dan sebagai bintang dengan follower terbanyak di media sosial, Ronaldo tahu betul cara memanipulasi media demi keuntungannya. Ia mencopot kaosnya, lalu mengencangkan otot-otot dadanya laksana monster Hulk di lapangan hijau. Ronaldo tahu betul foto itu akan tersebar ke mana-mana, di-RT, dishare, dan yang akan dikenang orang dari laga ini adalah Ronaldo. Bukan Gareth Bale.
Siapa yang teringat Bale merayakan trofi itu usai laga dengan mengikat bandana Madrid di kepala dan mengikat bendera Wales di pinggangnya? Tidak ada. Hampir semua media menurunkan foto utama Ronaldo telanjang dada, merayakan penaltinya.
Buat Bale inilah Piala Dunia karena Wales sepanjang sejarah belum pernah lolos. Buat Ronaldo masih ada Brasil 3 minggu lagi untuk eksis.
Buat Real Madrid, bisnis adalah bisnis. Tak masalah Ronaldo mewakili citra kemenangan La Decima. Ronaldo memiliki 26,3 juta followers di Twitter dan 86,7 juta Likes di Facebook. Bandingkanlah dengan 3,35 juta followers dan 16,3 juta Likes dari fan page Bale . Kemenangan ini akan segera menaikkan angka penjualan merchandise.
Jadi, sepanjang Ronaldo masih ada di Madrid, Bale tidak akan pernah jadi bintang utama. Ia akan selalu hidup di bawah bayang-bayang Ronaldo.
Sekedar info, Gareth Bale ditransfer dari Spur dengan nilai tertinggi dalam sejarah, 85,3 juta pound, atau setara Rp 1,66 trilyun. Waktu Ronaldo ditarik masuk skuad Los Blancos tahun 2009, duit yang harus dibayarkan Madrid ke Manchester United adalah 80 juta pound (Rp 1,56 trilyun).
Dengan gol perpanjangan waktu itu, serta gol indah menit 85 saat perebutan Copa del Ray vs Barcelona, Bale agaknya sudah membalas jasa klub atas biaya transfer selangit itu. Kini dengan dua piala di tangan pada musim pertamanya, Bale kelihatan oke-oke saja hidup di bawah bayang-bayang Ronaldo. Kalau itu benar-benar terjadi, ia adalah seorang pemain besar yang rendah hati. Tidak pusing dengan urusan citra diri.
Di Spurs ia jadi bintang utama. Selalu pilihan pertama dalam tim. Di madrid, tidak lagi.
Lihat saja final champion beberapa hari lalu. Bale adalah pencetak gol menit 110 yang membuat Madrid unggul 2-1 di babak perpanjangan waktu, sesuatu yang tidak bisa disamai lagi pemain Atletico. Seharusnya Bale menjadi pahlawan tim.
Tapi lihat apa yang terjadi. Cristiano Ronaldo muncul menjadi pelaku eksekusi penalti di menit-menit akhir perpanjangan waktu, menjadikan skor 4-1. Ronaldo, Lisbon, Portugal. Apalagi? Itulah yang ditunggu fans Portugal! Seluruh stadion tenggelam dalam sorak-sorai yang mengelu-elukan Ronaldo sebagai pahlawan kemenangan Madrid.
Dan sebagai bintang dengan follower terbanyak di media sosial, Ronaldo tahu betul cara memanipulasi media demi keuntungannya. Ia mencopot kaosnya, lalu mengencangkan otot-otot dadanya laksana monster Hulk di lapangan hijau. Ronaldo tahu betul foto itu akan tersebar ke mana-mana, di-RT, dishare, dan yang akan dikenang orang dari laga ini adalah Ronaldo. Bukan Gareth Bale.
Siapa yang teringat Bale merayakan trofi itu usai laga dengan mengikat bandana Madrid di kepala dan mengikat bendera Wales di pinggangnya? Tidak ada. Hampir semua media menurunkan foto utama Ronaldo telanjang dada, merayakan penaltinya.
Buat Bale inilah Piala Dunia karena Wales sepanjang sejarah belum pernah lolos. Buat Ronaldo masih ada Brasil 3 minggu lagi untuk eksis.
Buat Real Madrid, bisnis adalah bisnis. Tak masalah Ronaldo mewakili citra kemenangan La Decima. Ronaldo memiliki 26,3 juta followers di Twitter dan 86,7 juta Likes di Facebook. Bandingkanlah dengan 3,35 juta followers dan 16,3 juta Likes dari fan page Bale . Kemenangan ini akan segera menaikkan angka penjualan merchandise.
Jadi, sepanjang Ronaldo masih ada di Madrid, Bale tidak akan pernah jadi bintang utama. Ia akan selalu hidup di bawah bayang-bayang Ronaldo.
Sekedar info, Gareth Bale ditransfer dari Spur dengan nilai tertinggi dalam sejarah, 85,3 juta pound, atau setara Rp 1,66 trilyun. Waktu Ronaldo ditarik masuk skuad Los Blancos tahun 2009, duit yang harus dibayarkan Madrid ke Manchester United adalah 80 juta pound (Rp 1,56 trilyun).
Dengan gol perpanjangan waktu itu, serta gol indah menit 85 saat perebutan Copa del Ray vs Barcelona, Bale agaknya sudah membalas jasa klub atas biaya transfer selangit itu. Kini dengan dua piala di tangan pada musim pertamanya, Bale kelihatan oke-oke saja hidup di bawah bayang-bayang Ronaldo. Kalau itu benar-benar terjadi, ia adalah seorang pemain besar yang rendah hati. Tidak pusing dengan urusan citra diri.